Selasa, 24 Maret 2015

PRAKTIKUM II
Topik               : Porifera
Tujuan                      : Mengenal morfologi dan tanda-tanda karakteristik anggota
                           phylum Porifera.
Hari/ Tanggal  : Kamis/ 28 Februari 2015
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 

I.       ALAT DAN BAHAN
Alat     : 1.   Loupe
              2.   Baki
              3.   Alat tulis
           
    Bahan   : Awetan kering spesies Porifera
1.      Microciona
2.      Euspongia
3.      Hippospongia

II.      CARA KERJA
1.      Menyiapakan alat dan bahan.
  1. Menggambar morfologi hewan porifera.
  2. Memberikan keterangan selengkapnya dan menuliskan sistematiknya.

III.   TEORI DASAR
Porifera dalam bahasa latin, porus artinya pori, sedangkan fera artinya membawa. Porifera adalah hewan multiseluler atau metazoa yang paling sederhana. Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons sehingga porifera disebut juga sebagai hewan spons. Ciri tubuh Porifera meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungsi tubuh. Ukuran porifera sangat beragam. Beberapa jenis porifera ada yang berukuran sebesar butiran beras, sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki tinggi dan diameter hingga 2 meter. Tubuh porifera pada umumnya asimetris atau tidak beraturan meskipun ada yang simetris radial.
Bentuknya ada yang seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti tumbuhan. Tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil atau pori (ostium). Warna tubuh bervariasi, ada yang berwarna pucat, dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga, kuning bahkan ungu. Porifera sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti spon mandi dan zat kimia yang dikeluarkan memiliki potensi sebagai obat kanker. Adapun yang melatarbelakangi diadakan praktikum ini yaitu untuk  mengamati sruktur dan morfologi organisme yang tergolong porifera dan mengklasifikasikannya.
Tubuhnya tidak memiliki jaringan ataupun organ sesungguhnya. Semua hewan dewasa anggota dari filum porifera bersifat menempel atau menetap pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit gerakan. Umumnya hewan porifera dijumpai hidup di laut, melekat pada substrat dan hanya bergerak sedikit sekali. Hanya famili spongllidae (kurang dari 150 spesies) yang hidup di air tawar pada porifera yang hidup di laut berkisar 10.000 spesies. Umumnya pada air dangkal, namun ada pula pada bagian yang dalam.
Tubuh porifera tidak dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan, adapun pencernannya berlangsung secara intraseluler. Tubuh porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk Kristal dari spikula–spikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organik.
Ukuran tubuh sangat bervariasi, beberapa jenis hewan ini bersimetris radial, tetapi kebanyakan tidak teratur ata asimetris. Struktur dasar dan histology dari spons dapat dengan mudah dimengerti dengan meneliti bentuk radial yang primitif. Struktur tipe sederhana disebut askanoid (menyerupai tabung kecil) contoh: genus leucosolenia, umumnya tidak soliter, bagian permukaan tubuh berlubang–lubang kecil. Bagian permukaan luar tertutupi oleh sel-sel pipih yang bentuknya seperti tabung pendek yang memanjang dari permukaan luar sampai ke spongocoel, lubang dari prosity sebagai lubang masuknya air.
Struktur tubuh porifera selain berpoti juga memiliki macam-macam bentuk, dibagi atas tiga tipe yaitu: Ascon, Sycon atau Scypha, dan Rhagon. Untuk menunjang dinding tubuh yang lunak, maka porifera mempunyai penyokong tubuh berupa mesenchym dan kristal-kristal kecil yang berbentuk seperti duri, bintang atau anyaman-anyaman serabut dari bahan organik.
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu: Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae). Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa=enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo=kaca/transparan, spongia=spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid. Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m. Contoh Hexactinellida adalah Euplectella.
Demospongiae (dalam bahasa yunani, demo= tebal, spongia= spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari. Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid. Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar. Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar. Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis porifera. Contoh  Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan Niphates digitalis.
Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci =kapur, spongia=spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari 10 cm. Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau leukonoid. Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya: Sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer. Berikut bentuk tipe saluran air dari porifera : askonoid, sikonoid, dan leukonoid.
 Lubang-lubang kecil atau pori yang terdapat pada permukaan tubuh porifera merupakan bagian yang berfungsi sebagai jalan masuk air dan partikel makanan yang bersama dengan masuknya air ke dalam tubuh porifera. Di dalam tubuh porifera terdapat rongga yang disebut spongocoel yang berfungsi sebagai saluran dalam proses sirkulasi air. Pada bagian ini terdapat sel koanosit yang berfungsi untuk menangkap makanan dengan menggunakan flagelnya yang masuk kedalam tubuh porifera melalui pori-pori permukaan tubuhnya yang masuk bersama dengan aliran air. Makanan yang ditangkap oleh flagel dari sel koanosit selanjutnya akan dicerna oleh sel tersebut dan sisa pencernaannya akan dikeluarkan dari dalam tubuh porifera melalui oskulum. Oskulum merupakan lubang yang terdapat di permukaan tubuh porifera yang berfungsi sebagai saluran pengeluaran dari sisa pencernaan dan saluran keluar dari sirkulasi air. Reproduksi pada porifera terjadi melalui dua cara yaitu secara aseksual dan dengan cara seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembentukan tunas (budding). Sedangkan reproduksi secara seksual dilakukan dengan cara peleburan sel kelamin jantan (sperma) dan sel telur (ovum). Dan sebagian besar hewan Porifera bersifat Hermafrodit, yaitu dalam satu individu mampu menghasilkan sperma dan sel telur sekaligus. Hewan porifera ini bertempat tinggal di laut.
Peran Porifera Dalam Kehidupan :
1. Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok. Namun, spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka porifera. Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya.
2. Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor.
3. Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
4. Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual sangat tinggi.

IV.   HASIL PENGAMATAN
1.      Microciona sp.
a.       Berdasarkan pengamatan

Keterangan:
1. Pori
2. Pangkal tubuh
3. Cabang-cabang
    tubuh

 


































b.      Berdasarkan literatur
1
2
31
Keterangan:
1. Pori
2. Pangkal tubuh
3. Cabang-cabang
    tubuh

 










                        Sumber: Anonim a. 2013




2.      Euspongia
a.       Berdasarkan pengamatan
Keterangan:
1. Pori
2. Tepi tubuh


 





























b.      Berdasarkan literatur
1
2
Keterangan:
1. Pori
2. Tepi tubuh

 










                        Sumber: Anonim b. 2013



3.      Hippospongia
a.       Berdasarkan pengamatan
Keterangan:
1. Pori
2. Tepi tubuh


 






























b.      Berdasarkan literatur
2
1
Keterangan:
1. Pori
2. Tepi tubuh

 





                                                                                             




                        Sumber: Anonim c. 2013



V.      ANALISIS DATA
1.      Microciona sp.
Klasifikasi
Kingdom        : Animalia.
              Phylum          : Porifera.
Classis            : Demospongiae.
Ordo               : Poeciloclerina.
              Familia           : Microcionidae.
Genus             : Microciona.
Spesies           : Microciona sp.
(Sumber: Jasin, Maskoeri. 1984 )
           Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami, Microciona sp. mempunyai bentuk tubuh panjang/ silinder yang pendek dan kecil-kecil, Tubuh hewan ini bercabang-cabang, dan terbuat dari bahan yang kaya akan zat kapur, hewan ini banyak terdapat di daerah laut. Hewan ini memiliki pori yang berukuran sangat kecil. Hidupnya secara berkoloni. Warnanya beraneka ragam, dengan warna yang cerah.
2.      Euspongia
Klasifikasi 
Kingdom        : Animalia.
Phylum           : Porifera
Classis              : Demospongiae.
Ordo               : Keratosa
Familia           : Euspongidae
Genus             : Euspongia.
Spesies           : Euspongia Mollisima.
(Sumber: Jasin Maskoeri. 1984 )
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami, tubuh Euspongia Mollisima terbuat dari spongin saja, atau campuran spongin dan zat kersik. Biasa digunakan untuk spons. Pada tubuhnya terlihat lubang pori yang berukuran sama dan terlihat seperti susunan yang beraturan.
3.      Hippospongia
Klasifikasi
Kingdom        : Animalia
Phylum           : Porifera
Classis            : Demospongiae.
Ordo               : Keratosa
Familia           : Hipposngiadae
Genus             : Hippospongiae
Spesies           : Hippospongiae sp.
(Sumber: Jasin, Maskoeri. 1984 )
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok kami, Hippospongiae sp. mempunyai tubuh yang bulat, bentuknya tidak beraturan, mempunyai pori yang juga bentuknya tidak beraturan, pori-porinya tersebar di bagian tubuhnya. Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi. Warnanya beranekaragam, hidup di laut, tidak hidup berpindah-pindah.

VI.   KESIMPULAN
1.      Filum Porifera merupakan golongan hewan bersel banyak (metazoa) yang 
sangat primitif.
2.      Porifera mempunyai beberapa bagian tubuh yang penting seperti: pori, 
spongocoel, holofast, spicula, dan koanosit.
3.       Porifera termasuk diplobastik yang terdiri atas lapisan luar (epidermis) 
dan lapisan dalam, dan di antara kedua lapisan tersebut terdapat bahan 
kental yang disebut mesoglea.
      4.      Berperan dalam kehidupan sehari-hari contohnya:
a. Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat  
    digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok.
            b. Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena  
    dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami ataupun  
    sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor.
             c. Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk  
                 mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan sebagai alat  
                 pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti  
Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi.
d. Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai  
    pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan  
    obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa  
    bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-
    asma diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis  
    menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang  
    bernilai jual sangat tinggi.
 5.   Microciona sp.
            Microciona sp. mempunyai bentuk tubuh panjang/ silinder yang pendek dan kecil-kecil, Tubuh hewan ini bercabang-cabang, dan terbuat dari bahan yang kaya akan zat kapur, hewan ini banyak terdapat di daerah laut.
 6.   Euspongia
            Tubuh Euspongia Mollisima terbuat dari spongin saja, atau campuran spongin dan zat kersik. Biasa digunakan untuk spons. Pada tubuhnya terlihat lubang pori yang berukuran sama dan terlihat seperti susunan yang beraturan.
      7.  Hippospongia
     Hippospongiae sp. mempunyai tubuh yang bulat, bentuknya tidak beraturan, mempunyai pori yang juga bentuknya tidak beraturan, pori-porinya tersebar di bagian tubuhnya.








VII. DAFTAR PUSTAKA
Mahrudin. 2015. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin:
PMIPA FKIP UNLAM

praktikum-porifera.html Diakses tanggal 28 Februari 2015

Diakses tanggal 28 Februari 2015

Anonim.a.2013 http://www.tolweb.org  Diakses tanggal 21 Februari 2015

Anonim.b.2013 http://www.unice.fr Diakses tanggal 21 Februari 2015

Anonim.c.2013 http://www.flickr.com Diakses tanggal 21 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar