PRAKTIKUM II
Topik :
Porifera
Tujuan : Mengenal morfologi dan tanda-tanda
karakteristik anggota
phylum Porifera.
Hari/ Tanggal : Kamis/
28 Februari 2015
Tempat :
Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
I.
ALAT DAN BAHAN
Alat : 1. Loupe
2. Baki
3. Alat tulis
Bahan : Awetan kering spesies Porifera
1. Microciona
2. Euspongia
3. Hippospongia
II.
CARA KERJA
1.
Menyiapakan alat dan bahan.
- Menggambar morfologi hewan porifera.
- Memberikan keterangan selengkapnya dan menuliskan sistematiknya.
III. TEORI DASAR
Porifera dalam bahasa
latin, porus artinya pori, sedangkan fera artinya membawa.
Porifera adalah hewan multiseluler
atau metazoa yang paling sederhana.
Karena hewan ini memiliki ciri yaitu tubuhnya berpori seperti busa atau spons
sehingga porifera disebut juga sebagai hewan
spons. Ciri tubuh Porifera meliputi ukuran, bentuk, struktur dan fungsi
tubuh. Ukuran porifera sangat beragam. Beberapa jenis porifera ada yang
berukuran sebesar butiran beras, sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki
tinggi dan diameter hingga 2 meter. Tubuh porifera pada umumnya asimetris atau
tidak beraturan meskipun ada yang simetris radial.
Bentuknya ada yang seperti tabung,
vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti tumbuhan. Tubuhnya memiliki
lubang-lubang kecil atau pori (ostium). Warna tubuh bervariasi, ada yang
berwarna pucat, dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga, kuning
bahkan ungu. Porifera sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
seperti spon mandi dan zat kimia yang dikeluarkan memiliki potensi sebagai obat
kanker. Adapun yang melatarbelakangi diadakan praktikum ini yaitu untuk
mengamati sruktur dan morfologi organisme yang tergolong porifera dan mengklasifikasikannya.
Tubuhnya tidak memiliki jaringan
ataupun organ sesungguhnya. Semua hewan dewasa anggota dari filum porifera
bersifat menempel atau menetap pada suatu dasar dan hanya menunjukkan sedikit
gerakan. Umumnya hewan porifera dijumpai hidup di laut, melekat pada substrat
dan hanya bergerak sedikit sekali. Hanya famili spongllidae (kurang dari 150 spesies)
yang hidup di air tawar pada porifera yang hidup di laut berkisar 10.000
spesies. Umumnya pada air dangkal, namun ada pula pada bagian yang dalam.
Tubuh porifera tidak dilengkapi
dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat digerakkan. Tubuh
porifera belum memiliki saluran pencernaan makanan, adapun pencernannya
berlangsung secara intraseluler.
Tubuh porifera dilengkapi dengan kerangka dalam yang tersusun atas bentuk
Kristal dari spikula–spikula atau bahan fiber yang terbuat dari bahan organik.
Ukuran tubuh sangat bervariasi,
beberapa jenis hewan ini bersimetris radial, tetapi kebanyakan tidak teratur
ata asimetris. Struktur dasar dan histology dari spons dapat dengan mudah
dimengerti dengan meneliti bentuk radial yang primitif. Struktur tipe sederhana
disebut askanoid (menyerupai tabung
kecil) contoh: genus leucosolenia, umumnya tidak soliter, bagian permukaan
tubuh berlubang–lubang kecil. Bagian permukaan luar tertutupi oleh sel-sel
pipih yang bentuknya seperti tabung pendek yang memanjang dari permukaan luar
sampai ke spongocoel, lubang dari prosity sebagai lubang masuknya air.
Struktur tubuh porifera selain
berpoti juga memiliki macam-macam bentuk, dibagi atas tiga tipe yaitu: Ascon, Sycon atau Scypha,
dan Rhagon. Untuk menunjang
dinding tubuh yang lunak, maka porifera mempunyai penyokong tubuh berupa
mesenchym dan kristal-kristal kecil yang berbentuk seperti duri, bintang atau
anyaman-anyaman serabut dari bahan organik.
Berdasarkan bahan penyusun
rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu: Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea
(Calcisspongiae). Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa=enam)
atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo=kaca/transparan, spongia=spons)
memiliki spikula yang tersusun dari silika. Ujung spikula berjumlah enam
seperti bintang. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga
atau mangkuk. Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid.
Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m. Contoh
Hexactinellida adalah Euplectella.
Demospongiae (dalam bahasa
yunani, demo= tebal, spongia= spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut
spongin. Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada
amoebosit. Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari.
Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang. Tinggi dan diameternya ada yang
mencapai lebih dari 1 meter. Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid. Habitat Demospongiae umumnya
di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar. Demospongiae
adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar.
Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis
porifera. Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan Niphates
digitalis.
Calcarea (dalam latin, calcare
= kapur) atau Calcispongiae (dalam
latin, calci =kapur, spongia=spons) memiliki rangka yang tersusun
dari kalsium karbonat. Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti
vas bunga, dompet, kendi, atau silinder. Tinggi tubuh kurang dari 10 cm.
Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau
leukonoid. Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya: Sycon, Clathrina,
dan Leucettusa lancifer. Berikut bentuk tipe saluran air dari porifera :
askonoid, sikonoid, dan leukonoid.
Lubang-lubang kecil atau pori yang
terdapat pada permukaan tubuh porifera merupakan bagian yang berfungsi sebagai
jalan masuk air dan partikel makanan yang bersama dengan masuknya air ke dalam
tubuh porifera. Di dalam tubuh porifera terdapat rongga yang disebut spongocoel yang berfungsi sebagai
saluran dalam proses sirkulasi air. Pada bagian ini terdapat sel koanosit yang
berfungsi untuk menangkap makanan dengan menggunakan flagelnya yang masuk
kedalam tubuh porifera melalui pori-pori permukaan tubuhnya yang masuk bersama
dengan aliran air. Makanan yang ditangkap oleh flagel dari sel koanosit
selanjutnya akan dicerna oleh sel tersebut dan sisa pencernaannya akan
dikeluarkan dari dalam tubuh porifera melalui oskulum. Oskulum merupakan lubang yang terdapat di permukaan tubuh
porifera yang berfungsi sebagai saluran pengeluaran dari sisa pencernaan dan
saluran keluar dari sirkulasi air. Reproduksi pada porifera terjadi melalui dua
cara yaitu secara aseksual dan dengan cara seksual. Reproduksi aseksual
dilakukan dengan cara pembentukan tunas (budding). Sedangkan reproduksi secara
seksual dilakukan dengan cara peleburan sel kelamin jantan (sperma) dan sel
telur (ovum). Dan sebagian besar hewan Porifera bersifat Hermafrodit, yaitu dalam satu individu mampu menghasilkan sperma
dan sel telur sekaligus. Hewan porifera ini bertempat tinggal di laut.
Peran Porifera Dalam Kehidupan :
1.
Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan alat gosok. Namun,
spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal
dari kerangka porifera. Zat kimia yang dikeluarkannya memiliki potensi obat
penyakit kanker dan penyakit lainnya.
2. Rangka tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi, karena dapat dimanfaatkan sebagai alat pembersih (penggosok) alami
ataupun sebagai pengisi jok (tempat duduk) kendaraan bermotor.
3. Euspongia oficinalis merupakan spons yang
biasa digunakan untuk mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa
digunakan sebagai alat pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis
Porifera seperti Spongia dan Hippospongia dapat digunakan
sebagai spons mandi.
4. Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi
sebagai pertahanan diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan
obat-obatan. Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa
bioaktif yang berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-asma
diambil dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis
menghasilkan senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang bernilai jual
sangat tinggi.
IV. HASIL PENGAMATAN
1.
Microciona sp.
a.
Berdasarkan
pengamatan
|
|
Keterangan:
1. Pori
2. Pangkal tubuh
3. Cabang-cabang
tubuh
|
b.
Berdasarkan
literatur
|
1
|
2
|
31
|
Keterangan:
1. Pori
2. Pangkal tubuh
3. Cabang-cabang
tubuh
|
Sumber:
Anonim a. 2013
2.
Euspongia
a.
Berdasarkan
pengamatan
|
Keterangan:
1. Pori
2. Tepi tubuh
|
|
b.
Berdasarkan
literatur
|
1
|
2
|
Keterangan:
1. Pori
2. Tepi tubuh
|
Sumber:
Anonim b. 2013
3.
Hippospongia
a.
Berdasarkan
pengamatan
|
Keterangan:
1. Pori
2. Tepi tubuh
|
|
b.
Berdasarkan
literatur
|
2
|
1
|
Keterangan:
1. Pori
2. Tepi tubuh
|
Sumber:
Anonim c. 2013
V. ANALISIS
DATA
1.
Microciona sp.
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia.
Phylum : Porifera.
Classis : Demospongiae.
Ordo : Poeciloclerina.
Familia : Microcionidae.
Genus : Microciona.
Spesies : Microciona sp.
(Sumber: Jasin,
Maskoeri. 1984 )
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok
kami, Microciona sp. mempunyai
bentuk tubuh panjang/ silinder yang pendek dan kecil-kecil, Tubuh hewan ini
bercabang-cabang, dan terbuat dari bahan yang kaya akan zat kapur, hewan ini
banyak terdapat di daerah laut. Hewan ini memiliki pori yang berukuran sangat kecil.
Hidupnya secara berkoloni. Warnanya beraneka ragam, dengan warna yang cerah.
2.
Euspongia
Klasifikasi
Kingdom : Animalia.
Phylum
: Porifera
Classis : Demospongiae.
Ordo
: Keratosa
Familia : Euspongidae
Genus
: Euspongia.
Spesies : Euspongia Mollisima.
(Sumber: Jasin Maskoeri. 1984 )
Berdasarkan hasil
pengamatan kelompok kami, tubuh Euspongia
Mollisima terbuat dari spongin saja, atau campuran
spongin dan zat kersik. Biasa digunakan untuk spons. Pada tubuhnya terlihat
lubang pori yang berukuran sama dan terlihat seperti susunan yang beraturan.
3.
Hippospongia
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Classis : Demospongiae.
Ordo :
Keratosa
Familia : Hipposngiadae
Genus :
Hippospongiae
Spesies : Hippospongiae
sp.
(Sumber: Jasin, Maskoeri. 1984 )
Berdasarkan hasil
pengamatan kelompok kami, Hippospongiae sp. mempunyai tubuh yang bulat, bentuknya tidak beraturan,
mempunyai pori yang juga bentuknya tidak beraturan, pori-porinya tersebar di
bagian tubuhnya. Hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi. Warnanya
beranekaragam, hidup di laut, tidak hidup berpindah-pindah.
VI.
KESIMPULAN
1.
Filum Porifera merupakan golongan hewan bersel banyak (metazoa) yang
sangat primitif.
2.
Porifera mempunyai beberapa bagian tubuh yang penting seperti: pori,
spongocoel, holofast, spicula, dan koanosit.
3.
Porifera termasuk diplobastik
yang terdiri atas lapisan luar (epidermis)
dan lapisan dalam, dan di antara kedua lapisan tersebut terdapat
bahan
kental yang disebut mesoglea.
4. Berperan
dalam kehidupan sehari-hari contohnya:
a.
Beberapa jenis porifera seperti spongia dan hippospongia dapat
digunakan sebagai spons mandi
dan alat gosok.
b. Rangka
tubuh porifera mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, karena
dapat dimanfaatkan sebagai alat
pembersih (penggosok) alami ataupun
sebagai pengisi jok (tempat
duduk) kendaraan bermotor.
c.
Euspongia oficinalis merupakan spons yang biasa digunakan untuk
mencuci, sedangkan Euspongia mollisima biasa digunakan
sebagai alat
pembersih toilet yang harganya mahal. Beberapa jenis Porifera seperti
Spongia dan Hippospongia dapat digunakan sebagai spons
mandi.
d. Spons menghasilkan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
pertahanan
diri. Senyawa tersebut ternyata berpotensi sebagai bahan
obat-obatan.
Spesies Petrosia contegnatta mengahsilkan senyawa
bioaktif yang
berkhasiat sebagai obat anti kanker, sedangkan obat anti-
asma diambil
dari Cymbacela. Spons Luffariella variabilis
menghasilkan
senyawa bastadin, asam okadaik, dan monoalid yang
bernilai jual
sangat tinggi.
5. Microciona sp.
Microciona sp. mempunyai bentuk tubuh panjang/ silinder yang pendek dan
kecil-kecil, Tubuh hewan ini bercabang-cabang, dan terbuat dari bahan yang kaya
akan zat kapur, hewan ini banyak terdapat di daerah laut.
6. Euspongia
Tubuh Euspongia
Mollisima terbuat dari spongin saja, atau campuran
spongin dan zat kersik. Biasa digunakan untuk spons. Pada tubuhnya terlihat
lubang pori yang berukuran sama dan terlihat seperti susunan yang beraturan.
7. Hippospongia
Hippospongiae sp. mempunyai tubuh yang bulat,
bentuknya tidak beraturan, mempunyai pori yang juga bentuknya tidak beraturan,
pori-porinya tersebar di bagian tubuhnya.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Mahrudin. 2015. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata.
Banjarmasin:
PMIPA FKIP
UNLAM
Anonim. 2013. http://aqshabiogger2010.blogspot.com/2012/02/laporan-
praktikum-porifera.html
Diakses tanggal 28 Februari 2015
Anonim. 2013. a http://kikisept.blogspot.com/2013/01/bab-iii-porifera-i.html
Diakses tanggal 28 Februari 2015
Anonim.a.2013 http://www.tolweb.org
Diakses tanggal 21 Februari 2015
Anonim.b.2013 http://www.unice.fr
Diakses tanggal 21 Februari 2015
Anonim.c.2013 http://www.flickr.com Diakses tanggal
21 Februari 2015